Foto Outbound JAN bersama SMK Pelayaran (27/8/2015) |
Oleh: Muhammad Fatan "Fantastik"
Mungkin saja. Kalau Allah takdirkan kamu lahir di keluarga raja atau konglomerat kaya, belum lahir saja sudah memiliki harta untuk tujuh turunan, hehe... Tapi kalau tidak?
Tenang, Sobat. Allah itu Maha Adil. Manusia
mulia bukan karena kekayaan, keturunan, maupun wajah dan penampilan. Manusia
menjadi mulia karena iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana kamu bisa
lihat dalam perjalanan sejarah. Seperti lelaki ini.
Kulitnya hitam. Statusnya (mantan) budak
belian. Di tengah masyarakat, dia direndahkan. Setelah memeluk Islam, ujian
bertubi-tubi datang. Sampai akhirnya cobaan besar itu menimpanya: majikannya
mengetahui ke-Islam-annya dan menyiksanya! Dia dibawa ke tanah lapang, di saat
terik matahari yang sangat menyengat. Pakaian atasnya dipaksa buka. Lalu
punggungnya yang tanpa alas dibaringkan di pasir yang panas, sedangkan di atas
perut-dadanya ditaruh batu yang berat. Ditambah cacian, ludahan, bahkan
cambukan yang menorehkan luka. Lalu tawaran datang dari para penyiksanya:
keluarlah dari Islam, maka siksaan akan dihentikan.
Apa jawab lelaki itu? “Ahad, ahad...”. Lelaki
itu memilih tetap dalam Islam, hingga kelak Allah bebaskan dia melalui Abu
Bakar ra.
Ya. Lelaki itu memilih menjaga imannya,
daripada kebebasan sementara. Karena keteguhannya dalam memuliakan Allah, maka
Allah pun memuliakannya. Hari ini, hampir tak ada muslim yang tak mengetahui
namanya. Dialah Bilal bin Rabah. Semoga Allah senantiasa meridlainya.
Begitu tuh seharusnya. Mau mulia?
Berjuanglah. Sebagaimana Ibnu Abbas rela berpanas-panas berjalan, dari satu
tempat ke tempat lainnya, demi belajar. Sebagaimana Salman Al-Farisi rela
berpindah-pindah tempat, bahkan sempat menjadi budak, demi meraih kebenaran.
Tak ada kemuliaan tanpa perjuangan. No pain
no gain. Berjuanglah, dan teruslah berjuang!
Sumber: Fanpage @emfatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar