Oleh: Annafi`ah Firdaus
Apabila kamu bertemu dengan seorang wanita:
Yang lahir dari rahim termulia sepanjang masa. Diasuh lelaki
pemimpin terdahulu dan masa depan. Darinya, lahir dua pemuda utama yang
memberikan sejarah gemilang dalam menyatukan umat setelah Rasul meninggal. Dia
juga seorang istri dari lelaki kecintaan Rasul, Ali bin Abi Thalib.
Apa yang akan kamu lakukan jika kelak ketemu dengannya? Dia
namanya Fatimah binti Rasulullah. Kesayangan Rasulullah. Kecintaan Rasulullah.
Pernah ia dan sang suami sangat dalam keadaan payah dan
sangat lelah. Ali, suami Fatimah berkata kepadanya, “Aku terus menimba air
sampai dadaku sakit. Allah memberi (ayahmu) seorang tawanan. Pergilah ke sana
lalu mintalah seorang pelayan dari beliau.” Fatimah pun menjawab, “Aku
juga, demi Allah, aku terus menumbuk gandum sampai kedua tanganku melepuh.”
Singkat cerita, mereka bersepakat menemui Rasul untuk
meminta pelayan. Khatta, mereka berharap bahwa dengan pelayan itu,
pekerjaan rumah tangga bisa teringankan.
Tahukah jawaban Rasul? Jangan kaget! “Tidak! Demi Allah,
aku tidak akan memberi kalian berdua (seorang pelayan), sementara aku biarkan
kaum Muhajirin yang papa harta di Masjid Nabawi kelaparan karena aku tidak memiliki
sesuatu untuk menafkahi mereka. Aku akan menjual tawanan itu dan hasilnya akan
aku infakkan kepada mereka.”
Jawaban Rasul tegas. Bahwa yang Fatimah alami tidak jauh
lebih menderita dibandingkan kaum Muhajirin. Apakah Fatimah marah? Kecewa?
Tentulah tidak. Fatimah paham, yang dilakukan sang ayah adalah kebaikan.
Begitulah wanita utama di zaman :”mbiyen”, “now” bahkan
sampai kapanpun. Wanita yang tetap dalam taat, hidup sederhana, patuh kepada
orang tua, sayang suami, sayang keluarga, dan tentunya menjadikan hidupnya
hanya untuk Allah, Allah, Allah, dan Rasulullah ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar