Oleh: TIM JAN
Al-Quran Bicara Soal Wanita Ini
Sumber paling benar yang patut kita rujuk adalah Al-Quran. Kisah
kedua wanita ini telah diabadikan oleh Allah ta’ala di dalam al-Quran.
Merekalah dua yang terjaga, Sarah dan Hajar. Bukalah mushaf kalian, lalu cermati
ayat-ayat berikut; QS. Ash-Shaffat: 100, QS. Al-Anbiya’: 71-73, QS. Al-Ankabut:
26-27, QS. Hud: 69-73, QS. Al-Hijr: 51-56.
Tentang Sarah
Menurut riwayat yang mashur Sarah adalah saudara sepupu Ibrahim,
dia adalah putri pamannya yang bernama Harran.
Namun Ibnu Katsir dalam Kisah Shahih Para Nabi berkomentar,
pendapat yang mengatakan Sarah putri saudara Ibrahim yang bernama Harran, dan saudara perempuan
Luth, sebagaimana yang dikisahkan as-Suhaili dari Al-Qutaibi dan An-Nuqqasy,
maka dia benar-benar telah menyimpang. Orang yang beranggapan bahwa menikahi
anak saudara pada saat itu merupakan suatu
hal yang disyariatkan, maka yang demikian itu merupakan suatu yang tidak
berdalil sama sekali. Seandainya hal itu merupakan suatu yang disyariatkan pada
saat itu, sebagaimana yang dinukil dari pendeta Yahudi, sesungguhnya para nabi
tidak melakukannya. Wallahu a’lam.
Sebagian ulama mengatakan, ada tiga nabi wanita, “Sarah, ibu Musa,
dan Maryam.” Namun menurut jumhur, mereka adalah wanita-wanita yang benar
keimanannya. Begitu Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitabnya.
Sarah adalah wanita yang kecantikannya luar biasa. Menurut salah
satu riwayat, setelah Hawa, tidak ada seorang pun yang lebih cantik dari Sarah.
Segala puji dan karunia hanya bagi Allah.
Dari Sarah akan terlahir Ishaq, dari Ishaq akan lahir Ya’qub,
Ya’qub adalah Israil, yang darinya akan terlahir bangsa yang besar.
Tentang Hajar
Hajar al-Mishriyyah. Hajar adalah wanita Mesir. Hajar adalah
seorang budak raja Mesir yang lalim,
yang nanti dihadiahkan kepada Sarah. Dr.
Hamid Ahmad ad-Thahir dalam kitabnya Kisah-Kisah dalam Al-Quran menjelaskan
wanita Mesir memiliki karakter tersendiri yang tidak terlepas dari mereka.
Karena sejak kecil mereka terbiasa meminum air sungai nil yang berasal dari
surga, sehingga raut wajah muda berkelip di wajah mereka, termasuk Hajar.
Dari Hajar inilah akan lahir Ismail. Ismail adalah cikal bakal
bangsa Arab, yang kelak akan diutus seorang Rasul, dialah penghulunya
orang-orang terdahulu dan yang akan datang yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam.
Kesetiaan Mendampingi Suami Hijrah
Berawal dari keluarnya Ibrahim dari negeri kaumnya; Babilonia di
Irak, karena berbagai peristiwa telah Ibrahim alami, mulai dari penolakan akan
dakwahnya sampai peristiwa pembakaran atas diri Ibrahim. Ibrahim pun berhijrah bersama keponakannya yang bernama Luth bin
Harran bin Azar, serta istrinya yang bernama Sarah. Sarah adalah wanita yang
mandul, sehingga mereka berdua belum dikaruniai seorang anak. Inilah skenario
yang Allah hendak berikan kepada Ibrahim, bahwa tidak lama lagi dia akan
memiliki keturunan yang shaleh-shaleh. Kelak setiap nabi dan rasul yang Allah
utus, semua adalah keturunan dari Ibrahim.
Ibrahim hijrah ke Negeri yang Kami telah memberkahinya (QS. Al-Anbiya’:
71). Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya menjelaskan negeri tempat Ibrahim hijrah
adalah Syam, sebuah negeri yang disucikan sebagiannya, (dan sebagian yang suci
itu) adalah Baitul Maqdis. Namun, akhirnya mereka harus pindah ke Mesir, karena
Baitul Maqdis mengalami kekeringan, kesulitan dan harga barang-barang sangat
mahal, akhirnya Ibrahim bersama yang lain memilih Mesir.
Sarah yang Terjaga dan Hadiah Agung
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa, Ibrahim tidak pernah berdusta
kecuali tiga kali. Pertama, ketika Ibrahim mengatakan, “Sesungguhnya,
aku sakit” (QS. Ash-Shaffat: 89),
dan kedua, “Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya.” (QS. Al-Anbiya’:
63). Ketiga, Ketika Ibrahim dan Sarah tiba di negeri Mesir, tiba-tiba
datanglah seorang raja yang lalim. Ada yang mengatakan kepadanya, “Di sini ada
seorang lelaki yang membawa wanita yang amat cantik”. Raja pun menghampiri dan
bertanya kepada Ibrahim soal wanita tersebut. “Siapa dia?” Ibrahim menjawab,
“Dia saudariku.” Lalu Ibrahim menemui Sarah dan berkata, “Sarah! Di muka bumi
ini, tidak ada seorang mukmin pun selain aku dan kamu. Si Raja itu bertanya
kepadaku, lalu aku berkata kepadanya bahwa kamu adalah saudariku. Untuk itu janganlah
kamu mendustakan aku.“
Raja mengirim utusan untuk memanggil Sarah. Setalah Sarah masuk, Si
Raja berusaha meraih Sarah dengan tangannya, namun dia tertimpa petaka. Si Raja
berkata, berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan
menyakitimu.” Sarah berdoa kepada Allah dan raja pun terbebas dari petaka.
Lalu, bukannya kapok, Si Raja mengulangi perbuatannya, peristiwa yang sama pun
terjadi. Si Raja kemudian memanggil salah seorang ajudannya dan berkata, “Yang
kalian bawa ini bukan manusia, tapi setan.” Raja kemudian menghadiahkan Hajar
kepadanya sebagai pelayan.
Sarah kemudian pulang. Dia menemui Ibrahim yang saat itu sedang
shalat. Ibrahim berisyarat dengan tangannya seakan bertanya bagaimana
kondisinya. Sarah berkata, “Allah balikkan tipu daya orang kafir sehingga berbalik
menimpa dirinya sendiri, dan dia menghadiahkan Hajar kepadaku sebagai seorang
pelayan.”
Dalam riwayat lain, ketika Si Raja menghampiri Sarah, maka Sarah
berwudhu, shalat, dan berdoa, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman
kepada-Mu dan rasul-Mu, maka jagalah
kemaluanku kecuali untuk suamiku, jangan Engkau memberi kuasa pada orang kafir
itu (untuk mengusikku)”.
Dr. Hamid Ahmad ad-Thahir mengatakan bahwa raja lalim itu adalah
Fir’aun Mesir. Ibnu Katsir mengatakan, yang dimaksud raja itu adalah saudara
Dhahhak, seorang raja yang terkenal lalim. Dia adalah penguasa Mesir yang
berada di bawah kendali kakaknya. Namanya Sinan bin Ulwan bin Uwaij bin Amalaq bin Lawadz bin Sam bin Nuh.
Sementara itu, Ibnu Hisyam mengatakan, namanya Amr bin Umru ‘ul Qais bin Mailun
bin Saba’. Wallahu a’lam.
Hajar Adalah Bukti Janji Allah
Ibrahim, Sarah dan Hajar akhirnya kembali ke Syam. Sarah tahu bahwa
dirinya mandul. Ibrahim pun senantiasa berdoa kepada Allah agar dikaruniai
keturunan. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh. (QS. Ash-Shaffat: 100). Allah memberikan
kabar gembira kepada Ibrahim kalau akan terlahir seorang anak. Maka Kami
beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. Ash-Shaffat:
101). Melalui Hajar, Allah akan memenuhi janjinya kepada Ibrahim. Sungguh indah
skenario yang Allah buat.
Hajar adalah wanita Mesir, sebagaimana kami sebutkan di awal. Maka
raut wajah muda Hajar memunculkan ide dalam benak Sarah; menagapa Hajar tidak
menikah dengan Ibrahim? Agar Allah memberikan keturunan yang shaleh seperti
yang Allah janjikan kepadanya, dan sangat didambakan Ibrahim, dan selalu
diminta siang dan malam. Ide brilian itu -dan tentu ini bagian dari ketetapan
Allah- dilaksanakan oleh Sarah. Tidak lama berselang, Hajar pun hamil dan anak
yang Allah janjikan akhirnya lahir, dialah Ismail.
Kecemburuan Sarah dan Ketaatan Hajar
Sarah pun tetap belum Allah karunia anak. Meski Sarah sendiri yang
telah menyerahkan Hajar kepada Ibrahim, tetap saja namanya wanita sifat cemburu
pasti melekat padanya. Kecemburuan Sarah semakin menjadi. Sarah pun meminta
Ibrahim membawa Hajar pergi sehingga wajahnya tidak terlihat oleh Sarah. Maka
Ibrahim membawa Hajar pergi bersama anaknya, Ismail. Kemudian, Ibrahim bersama
Hajar dan anaknya melintasi berbagai tempat, hingga akhirnya Ibrahim meletakkan
keduanya di tempat yang sekarang disebut sebagai kota Makkah.
Setelah Ibrahim meninggalkan keduanya dan melangkah pergi, Hajar
mengejarnya dan menarik bajunya seraya berkata, “Hai Ibrahim, kemana engkau
hendak pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di sini sementara kami tidak
mempunyai bekal yang cukup?” Namun Ibrahim tidak menjawabnya. Tatkala Hajar
terus mendesak dan Ibrahim tidak juga menjawab, maka Hajar pun bertanya, “Apakah
Allah yang memerintahkanmu?” “Ya,” jawab Ibrahim. “Kalau begitu Allah tidak
akan menyia-nyiakan kami.” Lanjut Hajar.
Balasan Atas Jerih Payah Sarah
Sementara itu Sarah pun telah sekian lama menanggung beban berat
berupa siksaan dan gangguan bersama sang suami; hamba kesayangan Allah.
Sehingga Allah berkehendak untuk membalas kebaikannya, dan menambah keturunan al-Khalil
Ibrahim.
Dan Kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika
mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". Berkata
Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu". Mereka berkata:
"Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira
kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang
yang alim". Berkata Ibrahim: "Apakah kamu memberi kabar gembira
kepadaku Padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah
(terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Mereka menjawab:
"Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah
kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". Ibrahim berkata: "Tidak
ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang
sesat". (QS. Al-Hijr; 51-56)
Sarah pun hamil lalu melahirkan anak yang alim; Ishaq,
hingga membuat Sarah dan Ibrahim gembira. Sayang rasa gembira yang memenuhi rumah
Ibrahim tidak bertahan lama, dan dua anak bersaudara ini tidak akan dirawat
secara bersama-sama; karena masing-masing akan dirawat di tempat yang berbeda.
Referensi:
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir Al-Quran, 2015,
Jakarta: Darul Haq.
Al-Hafidz Ibnu Katsir, Kisah Shahih Para Nabi Jilid 1, 2019,
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syai’i.
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Kisah-Kisah Nubuat Dari Nabi, 2017,
Jakarta Timur: Umul Qura.
Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, Kisah-Kisah dalam Al-Quran, 2019,
Jakarta timur: Umul Qura.
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi; Kisah 31 Nabi Dari Adam Hingga
Isa, 2013, Jakarya Timur; Ummul Qura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar